Ratusan warga yang merupakan mantan anggota Gerakan Fajar
Nusantara (Gafatar) asal Jawa Barat telah dipulangkan. Sebelumya mereka
diketahui tinggal di daerah Kalimantan Barat bersama para anggota Gafatar
lainnya dari berbagai daerah.
Memurut informasi yang dihimpun kami, mereka
kini berada di Rumah Perlindungan Sosial Bambu Apus, Jakarta. Selanjutnya akan
dikirim ke Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Dinas Sosial Provinsi Jawa
Barat di Kota Cimahi.
Ternyata
dari 159 orang eks anggota organisasi Gafatar asal Jawa Barat, lima diantaranya
diketahui merupakan warga Kabupaten Ciamis. Lima warga Ciamis itu diantaranya,
Menik (27), Yudistira (3 tahun), Radia (6 bulan), Faturahman (65) dan Erjuanti
(69).
Kepala
Bidang Penanganan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Tenagakerja, dan
Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Ciamis, Wawan Hermawan, mengatakan
pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.
“Kita
belum tahu lebih jauh, masih sedang mendalami informasinya dan berkoordinasi
dengan pihak Dinas Sosial Jawa Barat,” ucapnya Rabu (27/01) siang.
Diketahui
sebelumnya, ribuan anggota Gafatar diusir dari tempat mereka berkelompok di
Pulau Kalimantan. Kamp Gafatar yang berada di Mempawah, Kalimantan Barat,
dibakar masyarakat setempat pada Selasa,
Sebagaimana
dilansir Polda Jabar, sebanyak 97 dari 439 orang bekas anggota Gafatar asal
Jawa Barat akan dipulangkan. Mereka akan dipulangkan rencananya menggunakan KRI
Teluk Amboina menuju Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, Jawa Tengah.
Mereka
antara lain berasal dari wilayah Jabar seperti Tasikmalaya, Depok, Bogor,
Cirebon, Banten, Bekasi, Kuningan, Garut, dan Bandung. Bogor menjadi daerah yang paling banyak
memiliki warga bekas anggota Gafatar yaitu sekitar 39 orang.
Selanjutnya
Tasikmalaya (13 orang), Cirebon (12 orang), Bekasi 11 orang, Depok enam orang,
Banten empat orang, serta Kuningan, Garut, Kota Bandung masing-masing empat
orang.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) menekankan warga Jabar agar
memperkuat ikatan keluarga guna mencegah masuknya faham-faham sesat ini.
Apalagi, dari sisi ajaran, sangat mudah mengendus kesesatannya.
"Kita
bisa sagat mudah untuk mengetahui keanehnya. Misal tidak perlu shalat, bisa
kawin berkali-kali dengan mudah, ada nabi setelah Rasul, dan ajaran tidak logis
lainnya. Semua ini bisa mudah dikenali nalar jika ini menyimpang, terutama jika
sesama anggota keluarga saling menguatkan," ungkap Gubernur Jawa Barat.
Akhirnya Gubernur Jawa Barat mengatakan, secara simultan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan seluruh
unsur seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, dan aparat hukum untuk melakukan
antisipasi agar kejadian serupa jangan terulang.( Ab@h**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar