" Kejujuran,.. Integritas,.. Kerjasama,.. Hirarki, . . Loyalitas,... . . ."ds

Kamis, 07 Mei 2015

Issu Baso celeng tidak terbukti..

Sejak satu minggu ke belakang, warga Ciamis dihebohkan isu bakso yang mengandung daging celeng milik Ucok. Warung bakso di Jalan Ahmad Yani itu dikabarkan menggunakan daging celeng dan tikus sebagai pembuatannya. Namun kabar tersebut dimentahkan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Disperindagkop) yang telah melakukan pengujian sampel bakso tiga hari ke belakang.

Diskoperindag menyatakan hasil pengujian itu negatif. Bakso Ucok tidak terbukti mengandung daging celeng maupun tikus. 
“Jadi itu hanya rumor saja. Kita wajib melindungi para pelaku usaha kecil. Kalau ada permasalahan ini tentunya mereka merugi, sehingga harus ada tindak lanjut untuk mencari kebenarannya. Supaya para UKM (usaha kecil menengah) di Ciamis terlindungi,” ujar Kasi Distribusi Barang dan Perlindungan Konsumen Teti Hermiati kemarin (6/5/2015).

Menurut Teti, isu bakso celeng awalnya berkembang di media sosial, pesan singkat serta dari mulut ke mulut. Karena isu tersebut dianggap meresahkan, Diskoperindag akhirnya turun tangan dan terjun langsung ke lapangan.

“Sesuai dengan tupoksi. Kami merasa (isu) ini cukup meresahkan konsumen. Kemarin Senin (4/5) kita melakukan pemeriksaan dan klarifikasi langsung ke (warung) bakso ucok. Lalu kita membawa sampel bakso dan daging mentah untuk diperiksa di laboratorium Dinas Kesehatan,” tuturnya.

Teti menjelaskan, daging yang digunakan Ucok untuk membuat bakso dibeli dari Pasar Manis. Hal itu diyakini setelah Indag melakukan penelusuran kepada pedagang daging langganan Ucok di pasar. Di pasar itu Ucok biasa membeli 20 sampai 30 kilogram daging sehari. 
“Semoga adanya hasil tes ini bisa kembali mengangkat omsetnya. Juga masyarakat tidak resah lagi,” jelas dia.
Sementara Sunarto alias mas Ucok, mengaku senang dengan hasil pengujian yang dikeluarkan Diskoperindag yang dikeluarkan secara tertulis. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan bakso produksinya tidak mengandung daging celeng maupun tikus. “Alhamdulillah saya merasa senang,” katanya.

Ucok mengaku mendengar isu bakso celeng sewaktu dirinya tengah pulang ke Solo minggu lalu. Kabar itu dia dapat dari rekannya yang ada di Ciamis. “Saya kembali lebih cepat karena mendengar isu itu. Kalau tidak cepat buka (warung bakso), takutnya isu itu (disangka) memang ada. Padahal tidak,” ucapnya.

Setelah merebaknya isu bakso celeng, penjualan bakso Ucok turun hingga 50 persen. Hampir sebagian besar pelanggan bakso kabur dan belum kembali. Ucok berharap, hasil pengujian laboratorium yang dikeluarkan Diskoperindag dapat mengembalikan reputasinya dagangannya.

“Bagi saya ini kerugian yang cukup besar. Karena sebagai pedagang kecil seperti saya, sekecil apapun keuntungan, sangat berarti. Mudah-mudahan dengan adanya bukti ini usaha saya bisa kembali lancar,” harapnya.


Salah seorang pelanggan bakso Ucok, Ratna Suminar (18) mengaku tidak pernah takut mengonsumsi bakso buatan pria asal Solo itu. Dia tidak yakin bakso langganannya itu mengandung daging celeng dan tikus. 
“Menurut saya tidak mungkin di Ciamis ada bakso celeng, jadi saya tetap makan bakso di sini. Karena saya hobi makan bakso, terus dengan adanya kejelasan dari pemerintah dan laboratorium, saya menjadi lebih yakin lagi (tidak ada bakso celeng dan tikus),” tandasnya. (Ab@h**/Rdr ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar